HANDOUT
Ilustrasi Pterosaurus.JAKARTA, KOMPAS.com - Pterosaurus raksasa dapat menempuh jarak 16.000 kilometer dalam sekali perjalanan. Jarak itu, menurut para ahli purbakala di Chatham University di Pittsburgh, Amerika Serikat, dihitung berdasarkan ukuran dan bentuk sayap, massa tubuh, serta jumlah lemak yang mereka miliki.
Pterosaurus raksasa bisa setinggi jerapah. Sayap mereka, ketika dibentangkan, bisa mencapai panjang 10 meter. Massa tubuh mereka bisa mencapai 200 kilogram.
"Saat terbang, mereka cuma mengepakkan sayap selama beberapa menit, kemudian mereka mengandalkan angin dan udara hangat untuk terbang. Sayap dikepakkan beberapa menit lagi beberapa saat kemudian," jelas Michael Habib, salah seorang ahli purbakala yang terlibat dalam penelitian. Habib juga menyebutkan kalau dalam sekali perjalanan, pterosaurus bisa membakar lemak sebanyak 72 kilogram.
Temuan ini berlawanan dengan anggapan yang sudah ada yang menyebutkan kalau pterosaurus sulit terbang akibat massa tubuh yang besar. Quetzalcoaltus northrop, pterosaurus besar yang hidup di Texas, Amerika Serikat, 70 juta tahun yang lalu memiliki berat 200 kilogram. Para ilmuwan memercayai kalau raksasa itu tidak bisa terbang, hanya bisa melayang setelah melompat dari tebing atau pohon yang tinggi.
"Seperti kalelawar saat ini, pterosaurus harus menggunakan keempat tungkainya untuk melompat sebelum mengepakkan sayap untuk terbang," jelas Habib lebih lanjut.
"Secara umum, temuan baru ini membuat kita tahu lebih jauh tentang pterosaurus," kata Alexander Kellner, ahli pterosaurus dari Brazil. Meski demikian, ia ragu akan hasil studi tersebut. "Ada beberapa struktur tubuh pterosaurus yang masih misteri," katanya. Kellner memberi contoh dengan pterosaurus di China yang memiliki sayap dengan lapisan serat yang komposisinya belum diketahui. "Yang jelas, berhubungan dengan kemampuan terbang," ujar Kellner lewat e-mail-nya kepada National Geographic News.
Jika perhitungan Habib benar, pterosaurus bisa terbang lintas benua sehingga rumah mereka bukan lagi di suatu daerah. Rumah mereka adalah Bumi ini. "Ilmuwan harus mengubah cara pikir mereka tentang distribusi pterosaurus," kata Habib.(National Geographic Indonesia/Alex Pangestu)
sumber: Kompas.com
Pterosaurus raksasa bisa setinggi jerapah. Sayap mereka, ketika dibentangkan, bisa mencapai panjang 10 meter. Massa tubuh mereka bisa mencapai 200 kilogram.
"Saat terbang, mereka cuma mengepakkan sayap selama beberapa menit, kemudian mereka mengandalkan angin dan udara hangat untuk terbang. Sayap dikepakkan beberapa menit lagi beberapa saat kemudian," jelas Michael Habib, salah seorang ahli purbakala yang terlibat dalam penelitian. Habib juga menyebutkan kalau dalam sekali perjalanan, pterosaurus bisa membakar lemak sebanyak 72 kilogram.
Temuan ini berlawanan dengan anggapan yang sudah ada yang menyebutkan kalau pterosaurus sulit terbang akibat massa tubuh yang besar. Quetzalcoaltus northrop, pterosaurus besar yang hidup di Texas, Amerika Serikat, 70 juta tahun yang lalu memiliki berat 200 kilogram. Para ilmuwan memercayai kalau raksasa itu tidak bisa terbang, hanya bisa melayang setelah melompat dari tebing atau pohon yang tinggi.
"Seperti kalelawar saat ini, pterosaurus harus menggunakan keempat tungkainya untuk melompat sebelum mengepakkan sayap untuk terbang," jelas Habib lebih lanjut.
"Secara umum, temuan baru ini membuat kita tahu lebih jauh tentang pterosaurus," kata Alexander Kellner, ahli pterosaurus dari Brazil. Meski demikian, ia ragu akan hasil studi tersebut. "Ada beberapa struktur tubuh pterosaurus yang masih misteri," katanya. Kellner memberi contoh dengan pterosaurus di China yang memiliki sayap dengan lapisan serat yang komposisinya belum diketahui. "Yang jelas, berhubungan dengan kemampuan terbang," ujar Kellner lewat e-mail-nya kepada National Geographic News.
Jika perhitungan Habib benar, pterosaurus bisa terbang lintas benua sehingga rumah mereka bukan lagi di suatu daerah. Rumah mereka adalah Bumi ini. "Ilmuwan harus mengubah cara pikir mereka tentang distribusi pterosaurus," kata Habib.(National Geographic Indonesia/Alex Pangestu)
sumber: Kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar